KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI
A. Prinsip
Akuntansi Yang Berlaku Umum
Prinsip
Akuntansi yang berlaku umum merupakan suatu urutan atau hirarki
ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai perlakuan akuntansi yang dapat
dijadikan sebagai acuan pencatatan suatu transaksi. Ketentuan-ketentuan
tersebut biasanya disusun dari suatu pengaturan yang merupakan ketentuan
konseptual yang bersifat filosofis hingga ketentuan yang bersifat praktis dan
teknis. Prinsip-prinsip tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk bagan yang
menyerupai suatu bangun rumah. Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah
mengembangkan dua rerangka Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia
yaitu :
- Rerangka Prinsip Akuntansi Konvensional yang Berlaku umum
- Rerangka Prinsip Akuntansi Syariah yang Berlaku Umum
(
Sumber : Standar Akuntansi Keuangan per 1 september 2007 )
|
Rerangka
prinsip akuntansi yang berlaku umum (Rerangka) merupakan bangunan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Landasan konseptual
yang berisi Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan keuangan (KDPPLK)
adalah konsep yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan
umum. KDPPLK menjadi acuan penyusunan standar akuntansi dalam pelaksanaan
tugasnya. Acuan penyusunan laporan keuangan untuk menanggulangi masalah
akuntansi belum diatur dalam standar akuntansi keuangan. Acuan Auditor dalam
memberikan pendapat mengenai apakan laporan keuangan disusun sesuai dengan
standar akuntansi keuangan.
Landasan
operasional merupakan pengaturan yang lebih detail yang menjadi tingkat 1, 2,
dan 3. Jika tidak ada suatu pengaturan tertentu di tingkat 1, maka digunakan
pengaturan yang ada di tingkat 2, dan seterusnya. Sepanjang pengaturan tersebut
tidak bertentangan dengan landasan konseptual atau prinsip yang digunakan di
Landasan Operasional.
Rerangka
tersebut dibaca dari bawah untuk landasan operasional. Lapisan yang ada di
bawah merupakan landasan untuk lapisan diatasnya. Jika ketentuan yang ada suatu
lapisan bertentangan dengan lapisan yang ada dibawahnya, maka ketentuan yang
ada di lapisan bawah tersebut digunakan.
B.
Kerangka Konseptual Akuntansi
Profesi
akuntansi telah menciptakan seperangkat standar dan aturan yang diakui secara
umum sebagai pedoman dalam pelaporan akuntansi, yang dinamakan prinsip
akuntansi yang diterima secara umum (Generally Accepted Accounting Principles,
GAAP). Kemudian, guna mewadahi berbagai kritik dan perkembangan yang terjadi
dalam penyelesaian dan pelaporan akuntansi, Dewan Akuntansi Keuangan (Financial
Accounting Standard Board, FASB) mengembangkan sebuah kerangka kerja konseptual
akuntansi (Conceptual Framework of Accounting), kerangka ini berfungsi
sebagai dasar untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi dan pelaporan.
Kerangka konseptual FASB mencakup empat bagian sebagai berikut :
- Tujuan - tujuan pelaporan keuangan,
- Karakteristik - karakteristik kualitatif informasi akuntansi,
- Elemen - elemen laporan keuangan,
- Panduan - panduan pengoperasian (asumsi, prinsip, dan kendala)
Kerangka
kerja konseptual adalah suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan
konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas - batas
dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Tujuan Kerangka Konseptual:
- Memungkinkan FASB / IAPI menerbitkan standar - standar yang lebih berguna dan konsisten dari waktu ke waktu
- Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan meningkatkan komparabilitas antar laporan keuangan.
- Dengan bantuan kerangka kerja konseptual para akuntan praktisi diharapkan dapat mengesampingkan alternative - alternatif tertentu secara cepat dan kemudian berfokus pada perlakuan yang rasional dan dapat diterima (standar yang merujuk pada conceptual framework).
- Masalah - masalah praktis yang baru muncul, sehingga dapat dengan cepat dipecahkan dengan referensi kerangka teori dasar yang sudah ada.
Kerangka
Konseptual Akuntansi
(Sumber
: elearning.gunadarma.ac.id)
|
Kerangka kerja konseptual akuntansi
terdiri atas 4 unsur, yaitu :
- Level Pertama ( Tujuan Laporan Keuangan)
FASB mulai
bekerja dengan kerangka konseptual dengan melihat pada tujuan - tujuan dasar
dari pelaporan keuangan. Menentukan tujuan - tujuan ini memerlukan jawaban atas
beberapa pertanyaan dasar seperti :
·
siapa
yang menggunakan laporan keuangan?,
·
mengapa?,
·
informasi
apa saja yang mereka butuhkan?,
·
seberapa
mengertikah pengguna laporan keuangan mengenai bisnis dan akuntansi?,
· bagaimana
seharusnya informasi keuangan dilaporkan sehingga dapat dimengerti sebaik
mungkin?.
Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, FASB menyimpulkan bahwa tujuan dari
pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang :
a.
Berguna
bagi mereka yang membuat keputusan investasi dan kredit.
b. Membantu dalam memperkirakan arus
kas dimasa yang akan datang.
c. Mengidentifikasikan
sumber daya ekonomi (asset), klaim atas sumber daya tersebut (kewajiban), serta
perubahan pada sumber daya dan klaim tersebut.
2. Level
Kedua (Karakteristik Mutu Informasi dan Elemen Laporan Keuangan)
Karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi
FASB
menyimpulkan bahwa kriteria - kriteria yang menguasai untuk pilihan akuntansi
adalah kegunaan informasi. Praktik akuntansi yang dipilih seharusnya adalah
praktik yang memberikan informasi keuangan berguna paling banyak untuk membuat
sebuah keputusan. Agar informasi berguna bagi pengambilan keputusan, maka informasi
harus memiliki karakteristik - karakteristik kualitatif berikut:
a. Relevansi (Relevance)
Informasi
akuntansi memiliki relevansi (relevance)
jika dapat membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Informasi yang relevan
memiliki nilai prediktif atau nilai umpan balik maupun keduanya. Nilai
prediktif (predictive value) membantu
pengguna meramalkan kejadian-kejadian dimasa datang. Nilai umpan balik ( feedback value) menguatkan atau
memperbaiki ekspektasi sebelumnya. Selain itu, informasi akuntansi memiliki
relevansi jika dianggap tepat waktu (timely).
Informasi tersebut harus tersedia bagi pembuat keputusan sebelum ia kehilangan
kemampuannya mempengaruhi keputusan.
b. Dapat Diandalkan (Reliability)
Kesalahan
dan reliabilitas informasi berarti informasi itu terbebas dari kesalahan dan tidak
bias. Agar dapat diandalkan, informasi akuntansi harus diverivikasi, agar dapat
membuktikan bahwa informasi tersebut terbebas dari kesalahan dan tidak bias.
Informasi tersebut juga harus merupakan penyajian yang jujur atas apa yang
seharusnya dengan berdasarkan fakta - fakta yang ada. Terakhir, Informasi harus
netral dimana informasi tersebut tidak boleh dipilih, dibuat, atau disajikan
sesuai keinginan sekelompok pengguna yang berkepentingan diatas yang lainnya.
Untuk menjamin keandalan, akuntan publik bersertifikat melakukan audit terhadap
laporan keuangan.
c. Dapat Dibandingkan (Comparability)
Informasi
akuntansi tentang perusahaan paling berguna ketika dapat dibandingkan dengan
informasi akuntansi tentang perusahaan lainnya. Perbandingan atau
komparabilitas dihasilkan ketika perusahaan-perusahaan yang berbeda menggunakan
prinsip-prinsip akuntansi yang sama. Secara konseptual, perbandingan juga harus
memperluas metode yang digunakan oleh perusahaan dalam mematuhi prinsip-prinsip
akuntansi. Metode-metode akuntansi mencakup biaya persediaan FIFO, LIFO serta
berbagai metode depresiasi (penyusutan). Pada titik ini, perbandingan metode
tidak diperlukan, bahkan untuk perusahaan-perusahaan pada industry yang sama.
Satu-satunya kebutuhan akuntansi adalah setiap perusahaan harus mengungkapkan
metode-metode akuntansi yang digunakan. Dengan pengungkapan tersebut, pengguna
eksternal dapat menentukan apakah informasi keuangan dapat dibandingkan.
d. Konsistensi (Consistency)
Konsistensi
berarti sebuah perusahaan menggunakan prinsip-prinsip dan metode - metode
akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Ketika informasi keuangan telah
dilaporkan secara konsisten, laporan keuangan memperbolehkan analisis tren yang
berarti dalam perusahaan.
(Sumber
: Accounting Principles, Buku Pengantar Akuntansi)
|
Elemen
Statemen Keuangan
Bagian
yang penting dari kerangka konseptual akuntansi adalah seperangkat definisi
yang mengambarkan istilah-istilah dasar yang digunakan dalam akuntansi. FASB
mengacu pada seperangkat definisi ini sebagai elemen-elemen laporan keuangan (elements of financial statement). Elemen
- elemen ini mencakup beberapa istilah seperti :
a. Harta (assets)
b. Kewajiban (liabilities)
c. Modal pemilik (net asserts)
d. Investasi oleh pemilik (distribution
by owners)
e. Distribusi kepada pemilik (distribution
to owners)
f. Pendapatan (revenue)
g. Biaya (expense)
h. Laba komprehensif (comprehensive
income)
i.
Laba
(gain)
j.
Rugi
(loss)
Oleh karena
itu elemen-elemen yang sangat penting, menjadi penting bahwa mereka harus
dibatasi dengan tepat dan diterapkan secara universal. Menentukan definisi yang
pantas untuk sebagian besar dari elemen ini tidaklah mudah.
3. Level
Ketiga (Asumsi, Prinsip, Kendala)
Pada
kerangka konseptual, FASB mengakui kebutuhan akan panduan pengoperasian. Kita
mengelompokan tiga panduan sebagai asumsi, prinsip, dan kendala akuntansi.
a.
Asumsi – Asumsi Akuntansi
Asumsi
(assumption) merupakan dasar bagi
bagi proses akuntansi.
·
Asumsi
Unit Moneter
Asumsi
unit moneter merupakan asumsi bahwa unit pengukuran relative tetap konstan
seiring waktu.
·
Asumsi
Entitas Ekonomi
Asumsi
Entitas Ekonomi menyatakan bahwa aktivitas entitas harus dijaga terpisah dan
berbeda dari aktivitas pemiliknya dan seluruh entitas ekonomi lainnya.
·
Asumsi
Periode Waktu
Asumsi
Periode Waktu menyatakan bahwa umur ekonomis dari sebuah bisnis dapat dibagi
kedalam periode waktu buatan.
·
Asumsi
Kelangsungan Usaha
Asumsi
Kelangsungan Usaha mengasumsikan bahwa perusahaan akan meneruskan kegiatan
operasionalnya cukup lama untuk menjalanka tujuan - tujuan yang ada.
(Sumber
: Accounting Principles, Buku Pengantar Akuntansi)
|
b.
Prinsip - Prinsip Akuntansi
Prinsip (Principle) adalah aturan khusus yang mengundikasikan bagaimana
kejadian-kejadian ekonomi harus dilaporkan dalam proses akuntansi.
·
Prinsip
Pengakuan Pendapatan
Prinsip Pengakuan Pendapatan menyebutkan
bahwa pendapatan harus diakui pada periode akuntansi saat pendapatan dihasikan.
Namun demikian, menerapkan prinsip umum ini pada praktiknya terbilang sulit.
Ketika terjadi penjualan, pendapatan diakui pada saat penjualan. Dasar
penjualan ini melibatkan transaksi pertukaran antara penjual dan pembeli. Harga
jual adalah pengukura objektif atas jumlah pendapatan yang diakui. Meskipun
demikian, terdapat 2 pengecualian terhadap dasar penjualan untuk pengukuran
pendapatan yang berlaku umum. Pengecualian tersebut adalah metode presentase
penyelesaian dan metode angsuran.
·
Prinsip
Penandingan (Pengakuan Beban)
Prinsip ini menyatakan bahwa beban
harus dikaitkan dengan pendapatan pada periode dimana usaha untuk memperoleh
pendapatana dilakukan. Beban tidak diakui ketika kas dibayarkan, atau ketika
pekerjaan dilakukan, atau ketika barang diproduksi. Tetapi, beban diakui ketika
tenaga kerja (jasa) atau barang benar - benar berkontribusi terhadap
pendapatan. Biaya yang akan menghasilkan pendapatan pada periode akuntansi
dimasa yang akan datang diakui sebagai asset. Contohnya antara lain persediaan
barang dagang, beban dibayar dimuka, dan asset pabrik. Biaya - biaya ini
disebut Harga perolehan (biaya) yang belum kadaluawarsa. Biaya perolehan yang
belum kadaluwarsa berubah menjadi beban dengan cara Harga Pokok Penjualan dan
Beban Operasional.
·
Prinsip
Pengungkapan Penuh
Prinsip Pengungkapan Penuh
mengharuskan kondisi - kondisi dan kejadian - kejadian yang membuat perbedaan
terhadap pengguna laporan keuangan harus diungkapkan. Kepatuhan terhadap
prinsip pengungkapan penuh dilihat dari data pada laporan keuangan dan
informasi pada catatan atas laporan keuangan. Catatan pertama di kebanyakan
kasus adalah ringkasan kebijakan - kebijakan akuntansi yang signifikan.
Termasuk juga di dalamnya, antara lain metode - metode yang digunakan untuk
biaya persediaan, depresiasi, asset pabrik dan amortisasi asset tidak berwujud.
·
Prinsip
Biaya
Prinsip biaya menyatakan bahwa asset
harus dicatat pada biayanya. Biaya digunakan karena biaya tersebut relevan dan
andal. Biaya disebut relevan karena menunjukan harga yang dibayar, asset yang
dikorbankan, dan kesepakatan yang dibuat pada tanggal perolehan. Biaya disebut
andal karena keterukurannya yang objektif, berdasarkan fakta dan dapat diverifikasi.
Biaya juga merupakan hasil dari transaksi pertukaran. Biaya adalah dasar yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan.
(Sumber
: Accounting Principles, Buku Pengantar Akuntansi)
|
c.
Kendala - Kendala Akuntansi
Kendala (constraint) dalam proes akuntansi memungkinkan penyimpangan
prinsip - prinsip tersebut dibawah kondisi-kondisi tertentu.
·
Materialitas
Materialitas berkaitan dengan dampak
suatu pos terhadap kondisi keuangan dan operasional perusahaan secara
keseluruhan. Suatu pos dikatakan material ketika memiliki kemungkinan untuk
mempengaruhi keputusan investor dan kreditur yang jujur. Pos tersebut menjadi
tidak material jika tidak memiliki dampak terhadap pembuat keputusan. Pendek
kata, jika pos tersebut tidak membuat perbedaan pada pembuat keputusan, GAAP
tidak harus diikuti. Untuk menentukan materialitas dari jumlah, akuntan
biasanya membandingkannya dengan pos tertentu seperti total asset, total
kewajiban, dan laba bersih.
·
Konservatisme
Konservatisme menyatakan bahwa
ketika anda berada dalam keraguan, sebaiknya anda memiliki metode yang
tampaknya paling tidak mungkin untuk menyajikan terlalu tinggi asset dan laba.
Hal ini bukan berarti asset dan laba disajikan terlalu rendah. Conservative
memberikan panduan yang beralasan untuk situasi - situasi sulit : jangan pernah
menyajikan terlalu tinggi atas asset dan laba.
(Sumber : Accounting Principles, Buku
Pengantar Akuntansi)
|
Referensi
:
Weygandt,
Jerry J.,Kieso, Donald E., dan Kimmel, Paul D. 2008. Pengantar Akuntansi,
edisi 7. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan Per 1
September 2007. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Akuntansi Keuangan dasar 2 Edisi Ketiga. Wibowo, 2003. Penerbit: Cikal
Sakti
No comments:
Post a Comment