1. Jelaskan
jika terjadi peredaran uang di Indonesia dianggap dapat menimbulkan inflasi
maka Bank Indonesia (BI) sebagai pelaksana kebijakan moneter akan melakukan apa
saja !
Peran
bank sentral dalam perekonomian suatu negara sangat penting. Bank sentral adalah
mitra utama pemerintah dalam menggerakkan berbagai kegiatan ekonomi melalui
kebijakan suku bunga dengan statusnya sebagai otoritas moneter. Sebagai
otoritas moneter, bank sentral memiliki tujuan, tugas, maupun wewenang yang
tidak dimiliki lembaga ekonomi lainnya. Bank Indonesia memiliki tujuan untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana
tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang
dimaksud dengan kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin
pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia
menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama
kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar
yang mengambang (Free Floating). Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki
wewenang untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran
moneter (seperti uang beredar dan suku bunga) dengan tujuan utama menjaga
sasaran laju inflasi yang ditetapkan oeleh pemerintah. Kebijakan moneter Bank
Indonesia ditujukan untuk mengelola tekanan harga yang berasal dari sisi
permintaan aggregat(demand management) relatif terhadap kondisi sisi penawaran.
Kebijakan moneter tidak ditujukan untuk merespon kenaikan inflasi yang
disebabkan oleh faktor yang bersifat kejutan yang bersifat sementara (temporer)
yang akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu.
Adapun
tujuan pemerintah dalam hal mengatasi lanju inflasi dengan cara kebijakan moneter
adalah sebagai berikut:
• Menyelenggarakan dan mengatur peredaran
uang.
• Menjaga
dan memelihara kestabilan nilai uang, baik itu untuk dalam negeri maupun untuk
lalu
lintas pembayaran luar negeri.
• Memperluas, memperlancar dan mengatur lalu
lintas pembayaran uang giral.
• Mencegah terjadinya inflasi.
Adapun
tindakan yang dilakukan Bank Indonesia dalam mengatasi inflasi akibat peredaran
uang :
A.
Kebijakan
Moneter
1.
Kebijakan
Moneter Kuantitatif
Kebijakan moneter dalam rangka untuk memengaruhi
jumlah uang beredar yang bersifat kuantitatif antara lain sebagai berikut :
a) Discount
Policy (Politik Diskonto)
Politik diskonto artinya kebijakan untuk menaikkan
atau menurunkan suku bunga bank dalam rangka memperlancar likuiditas
sehari-hari. Bank sentral dalam menjalankan tugasnya mengawasi kegiatan bank
umum, dapat mengubah tingkat bunga yang berlaku. Jika dalam kondisi kegiatan
ekonomi masih berada di bawah tingkat kegiatan yang diharapkan, bank sentral
dapat menurunkan tingkat diskonto/suku bunga, sehingga masyarakat melakukan
pinjaman dan banyak investasi yang ada di masyarakat. Begitu juga sebaliknya,
apabila bank sentral ingin membatasi kegiatan ekonomi, maka tingkat suku bunga
perlu dinaikkan, sehingga masyarakat/pengusaha banyak melakukan tabungan dan uang
yang beredar dapat dikurangi.
b) Open
Market Policy (Politik Pasar Terbuka atau Operasi Pasar Terbuka)
Politik pasar terbuka artinya kebijakan untuk
memperjualbelikan surat-surat berharga atau obligasi oleh Bank Indonesia di
pasar uang. Pada waktu perekonomian mengalami resesi, maka uang yang beredar
perlu diadakan penambahan untuk mendorong kegiatan ekonomi yaitu dengan cara
membeli surat-surat berharga. Pada waktu inflasi, untuk mengurangi kegiatan
ekonomi yang berlebihan, uang yang beredar harus dikurangi dengan cara menjual
surat-surat berharga. Operasi pasar terbuka (open market
operation), biasa disebut dengan kebijakan uang ketat (tight money policy),
dilakukan dengan menjual surat-surat berharga, seperti obligasi negara, kepada
masyarakat dan bank-bank. Akibatnya, jumlah uang beredar di masyarakat dan
pemberian kredit oleh badan-badan kredit (bank) berkurang, yang pada akhirnya
dapat mengurangi tekanan inflasi.
c) Cash
Receive Ratio (Politik Cadangan Kas atau Giro Wajib Minimum)
Politik cadangan kas artinya kebijakan untuk
menaikkan atau menurunkan cadangan kas yang harus ada di bank-bank umum.
Apabila kondisi perekonomian terjadi kenaikan harga (inflasi), maka bank
sentral dapat menaikkan cadangan kas minimumnya sehingga uang yang beredar
dapat dikurangi. Sebaliknya jika kondisi perekonomian sedang lesu, maka
pemerintah dapat menurunkan cadangan kas minimumnya, sehingga uang yang beredar
bertambah karena banyaknya pinjaman yang diberikan kepada masyarakat. Akibat
dari naiknya cadangan kas, maka kemampuan bank umum untuk memberikan pinjaman
berkurang atau bank umum tidak mampu memberikan pinjaman dan sekaligus dana
yang menganggur di bank semakin bertambah.
2.
Kebijakan
Moneter Kualitatif
Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif meliputi
politik pagu kredit dan politik pembujukan moral
a) Plafon
Credit Policy (Politik Pagu Kredit)
Politik pagu kredit artinya kebijakan untuk
memperketat atau mempermudah dalam pemberian pinjaman kepada masyarakat. Untuk
mengatur kegiatan ekonomi agar lebih tumbuh dengan baik, maka pemerintah (Bank
Indonesia) dapat melakukan pengawasan pinjaman secara selektif dengan tujuan
untuk memastikan bahwa bank umum memberikan pinjaman-pinjaman dan melakukan
investasi-investasi sesuai dengan yang diinginkan pemerintah. Misalnya untuk
mendorong sektor industri, maka bank sentral dapat membuat peraturan yang
mengharuskan bank umum meminjamkan sebagian dananya kepada usaha-usaha sektor
industri dengan syarat-syarat yang ringan.
b) Moral
Persuation Policy (Politik Pembujukan Moral)
Politik pembujuan moral artinya Bank Indonesia
menghimbau kepada bank-bank umum untuk mempertimbangkan kondisi ekonomi secara
makro agar arus uang dapat berjalan dengan lancar. Kebijakan ini dijalankan
pemerintah dengan menetapkan hal-hal yang harus dilakukan oleh bank umum dalam
bentuk tertulis, melalui pertemuan dengan pimpinan bank-bank tersebut. Dalam
pertemuan itu bank sentral menjelaskan kebijakankebijakan yang sedang
dijalankan pemerintah dan bantuan-bantuan yang diinginkan dari bank-bank umum
untuk mensukseskan kebijakan tersebut.
B.
Kebijakan
Fiskal
Kebijakan
Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah. Kebijakan
fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut:
•
Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah
Sehingga
pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak
menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
•
Menaikkan pajak
Dengan
menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian
pendapatannya untuk membayar pajak. Dan juga akan mengakibatkan penerimaan uang
masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang
menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif
tentunya berkurang.
C.
Kebijakan
Non Moneter
Kebijakan
non moneter adalah kebijakan yang tidak berhubungan dengan finansial pemerintah
maupun jumla uang yang beredar, cara ini merupakan langkah alternatif untuk
mengatasi inflasi. Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui instrument
berikut:
•
Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil
produksinya
Cara
ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang
konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu
pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada
sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
•
Menekan tingkat upah
Tidak
lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak
sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat
meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap
barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
•
Pemerintah melakukan pengawasan harga
dan sekaligus menetapkan harga maksimal
•
Pemerintah melakukan distribusi secara langsung
Dimaksudkan
agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah
dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian
harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak
baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka
distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan
pemerintah melalui Bulog atau KUD.
•
Penanggulangan inflasi yang sangat parah
(Hyper Inflation)
Ditempuh dengan cara melakukan sanering
(pemotongan nilai mata uang). Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti
penyehatan, pembersihan, reorganisasi.
Kebijakan
sanering antara lain:
-
Penurunan nilai uang
- Pembekuan sebagian simpanan pada bank –
bank dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi
simpanan jangka panjang oleh pemerintah.
Senering ini pernah dilakukan oleh
pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah
memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
•
Kebijakan yang berkaitan dengan output
Kenaikan
output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung
meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan
harga.
•
Kebijakan penentuan harga dan indexing
Ini
dilakukan dengan penentuan ceiling price.
•
Devaluasi
Penurunan
nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi
biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri
tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai
uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada
kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang
asing.
2. Jelaskan
faktor utama yang menyebabkan timbulnya perdagangan internasional !
Perdagangan
internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang
dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara
individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi
salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.
Faktor
utama yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional yaitu bisa menjalin
bisnis antar satu Negara dengan Negara lain. Selain itu bisa mempromosikan
barang sendiri ke luar negeri agar luar negeri tau barang yang dihasilkan oleh
Negara pribumi itu kualitasnya juga bagus dan bisa di jual-belikan. Dari
perdangan internasional itu juga menghasilkan profit/laba yang besar untuk
Negara itu sendiri. Untuk itu perdagangan internasional harus dillakukan,
karena banyak keuntungannya dalam menjalani perdagangan internasional.
Faktor-Faktor
Penyebab Timbulnya Perdagangan Internasional
Tentu
ada banyak faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor yang mempengaruhinya
adalah yang sebagai berikut :
a. Perbedaan
sumber daya alam yang dimiliki
Penyebab
utama timbulnya perdagangan internasional adalah adanya perbedaan sumber daya
alam. Sumber daya alam yang dimiliki masing-masing Negara berbeda. Jarang
sekali suatu negara dapat memenuhi seluruh kebutuhannya dengan sumber daya alam
yang dimilikinya. Oleh karena itu masing-masing negara harus melakukan
pertukaran.
b. Perbedaan
faktor produksi
Selain
faktor produksi alam, suatu negara mempunyai perbedaan kemampuan tenaga kerja,
besarnya modal yang dimiliki, dan keterampilan seorang pengusaha. Oleh karena
itu, produk yang dihasilkan oleh suatu negara juga mengalami perbedaan,
sehingga dibutuhkan adanya perdagangan.
c. Kondisi
ekonomis yang berbeda
Karena
adanya perbedaan faktor produksi yang mengakibatkan perbedaan biaya produksi
yang dikeluarkan untuk membuat barang, maka bisa jadi dalam suatu Negara
memerlukan biaya tinggi untuk memproduksi barang tertentu. Sehingga negara
tersebut bermaksud mengimpor barang dari luar negeri karena biayanya dianggap lebih
murah.
d. Efisiensi
(Penghematan biaya produksi)
Dengan adanya perdagangan internasional
suatu negara dapat memasarkan hasil produksinya pada banyak negara. Negara
tersebut berproduksi dalam jumlah besar sehingga dapat menurunkan biaya
produksi. Barang yang diproduksi dalam jumlah besar akan lebih murah daripada
barang yang diproduksi dalam jumlah kecil.
e. Perbedaan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang digunakan
Adanya
perbedaan IPTEK antara tiap Negara secara tidak langsung akan mempengaruhi
jenis barang yang mereka produksi. Beberapa negara yang telah menggunakan
teknologi lebih modern dapat memproduksi barang dengan harga lebih murah
daripada yang menggunakan teknologi sederhana. Misalkan saja Indonesia yang
masuk sebagai Negara yang bekembang maka akan lebih banyak memproduksi barang
yang bersifat agrari misalkan kopi, teh, beras, dan masih banyak lagi.
Sedangkan bagi Negara maju akan cendeung memproduksi barang industri, misalkan
saja pada Negara Jepang yang memproduksi barang elektronik dalam jumlah besar.
Jika membahas masalah IPTEK pada masing-masing Negara maka secara tidak
langsung berkaitan juga dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada pada
Negara tersebut. Karena bagaimanapun juga jika pertumbuhan IPTEK tidak diikuti
dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia maka tidak akan berjalan dengan
maksimal.
f. Perbedaan
selera masyarakat di Negara yang berbeda
Indonesia mengimpor buah apel dari Amerika
Serikat padahalbuah apel dapat dihasilkan di dalam negeri. Buah apel dari Amerika
Serikat menurut sebagian orang lebih mengundang selera dibandingkan buah apel
lokal.
g. Tidak
semua Negara dapat memproduksi sendiri suatu barang
Karena
keterbatasan kemampuan suatu negara, baik kekayaan alam maupun yang lainnya,
maka tidak semua barang yang dibutuhkan oleh suatu negara mampu untuk
diproduksi sendiri, untuk itulah diperlukan tukar-menukar antarbangsa.
h. Adanya
motif keuntungan dalam perdagangan
Biaya
yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang selalu terdapat perbedaan.
Adakalanya suatu negara lebih untung melakukan impor daripada memproduksi
sendiri. Namun, adakalanya lebih menguntungkan kalau dapat memproduksi sendiri
barang tersebut, karena biaya produksinya lebih mudah. Oleh karena itu,
negara-negara tersebut akan mencari keuntungan dalam memperdagangkan barang
hasil produksinya.
3. Sebutkan
ciri-ciri suatu Negara yang telah berhasil membangun negaranya jika dilihat
dari !
Ciri-ciri suatu Negara
telah berhasil membangun negaranya jika dilihat dari :
• Pengaturan dan Ketertiban
Negara
yang mempunyai peraturan (UU) dan peraturan-peraturan lainnya untuk
menjalankannya agar terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara. Contoh : UU tentang Tindak Pidana Korupsi.
• Kesejahteraan dan Kemakmuran
Negara
yang telah mengeksplorasi sumber daya alam (SDA) dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan pendapatan rakyat guna mencapai
kesejahteraan dan kemakmuran. contoh : pelatihan tenaga siap kerja.
• Peningkatan kualitas hidup
Negara
yang telah berhasil pastinya memiliki penduduk yang berhasil pula melalui
kinerja pemerintahan Negara yang menjalankan fungsi Negaranya dengan baik.
Dengan begitu terjadilah peningkatan kualitas hidup yang lebih tinggi. Contoh:
pendapatan perkapita negara yang tinggi.
• Pertahanan dan Keamanan (Hankam)
Negara
yang berhasil pastinya dapat melindungi rakyat, wilayah serta pemerintahan dari
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, baik yang berasal dari dalam maupun
dari luar. serta menjamin keamanan. ketika negara tidak bisa menghadirkan
keamanan, maka kemakmuran dan fungsi sosial sudah pasti ikut runyam. Contoh :
Penjagaan perbatasan yang intensif oleh TNI
• Keadilan
Dapat
menegakkan hukum secara tegas dan tanpa adanya unsur kepentingan tertentu.
Setiap warga negara harus dipandang sama di depan hukum. Contoh : Penegakkan
hukum melalui lembaga peradilan.
Ciri-ciri suatu Negara
telah berhasil membangun negaranya juga dapat dilihat dari :
- Sumber daya alam yang dimanfaatkan secara
optimal.
- Produktivitas masyarakat didominasi barang.
- Sebagian
besar penduduknya bekerja pada sektor industri dan jasa. Hasil industrinya
tidak saja untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, akan tetapi juga untuk
pemenuhan komoditas ekspor.
- Sektor
pertanian tetap diusahakan walaupun sedikit namun pengolahannya telah
menggunakan alat-alat modern.
- Ekspor yang dilakukan adalah ekspor
hasil industri dan jasa.
- Sumber
daya manusianya berkualitas tinggi, sehingga dapat menguasai iptek, karena
didukung oleh faktor kesehatan dan pendidikan.
- Dapat
mengatasi masalah kependudukan.
- Pertumbuhan
penduduknya rendah, antara 0,1% - 1% pertahun.
- Tingkat
dan kualitas hidup masyarakat tinggi.
- Konsentrasi
penduduknya banyak di daerah perkotaan.
- Angka
kelahiran dan angka kematian relatif rendah sedangkan angka harapan hidup
mencapai rata-rata diatas 67,5% pertahun.
- Tingkat
pendidikan penduduknya tinggi sehingga tidak ada penduduk yang buta huruf.
- Rata-rata
penduduknya telah memperoleh penghasilan yang layak setiap bulannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik pangan, sandang, dan papan. Sedikit dijumpai
penduduk yang miskin.
- Tercukupinya
penyediaan fasilitas umum.
- Kesadaran
hokum, kesetaraan gender, menjungjung tinggi HAM.
- Tekhnologi
berkembang baik.
- Intensitas
mobilitas tinggi.
4. Benarkah
Inflasi selalu merugikan ?
Dalam
ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak
negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Karena inflasi sendiri dibagi
menjadi 4 yaitu inflasi ringan, inflasi sedang, inflasi berat, dan
hiperinflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada
saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian
menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat
kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat
dengan cepat.
Para
penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta
kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup
mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Bagi orang yang meminjam uang dari bank
(debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada
kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya,
kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai
uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi
produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih
tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan
terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha
besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada
akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya.
Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila
tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan
bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Dibalik
banyaknya dampak negative dari inflasi terdapat beberapa dampak positif yang
ditimbulkan oleh inflaasi itu senditi antara lain :
1. Peredaran
/ perputaran barang lebih cepat.
2. Produksi
barang-barang bertambah. Hal ini terjadi karena keuntungan pengusaha yang terus
bertambah karena terjadinya inflasi.
3. Kesempatan
kerja bertambah. Lapangan pekerjaan semakin terbuka karena kegiatan
produksi
akan melebihi dari biasanya dan juga akan terjadi tambahan investasi.
4. Pendapatan
nominal bertambah, tetapi riil berkurang, karena kenaikan pendapatan kecil
kerana nilai mata uangnya yang kecil juga.
Adapun
beberapa pihak yang sangat diuntungkan dengan terjadinya inflasi di suatu
Negara, yaitu:
1. Para
pengusaha, yang pada saat sebelum terjadinya inflasi, telah memiliki
stock/persediaan
produksi barang yang siap dijual dalam jumlah besar.
2. Para
pedagang, yang dengan terjadinya inflasi menggunakan kesempatan memainkan harga
barang. Cara yang dipakai adalah dengan menaikkan harga, karena ingin
mendapatkan
laba/keuntungan yang besar.
3. Para
spekulan, yaitu orang-orang atau badan usaha yang mengadakan spekulasi, dengan
cara menimbun barang sebanyak-banyaknya sebelum terjadinya inflasi dan
menjualnya
kembali pada saat inflasi terjadi, sehingga terjadinya kenaikan
harga sangat menguntungkan
mereka.
4. Para
peminjam, karena pinjaman telah diambil sebelum harga barang-barang naik,
sehingga
nilai riil nya lebih tinggi daripada sesudah inflasi , tetapi peminjam
membayar sesuai dengan
perjanjian yang dibuat sebelum terjadinya inflasi.
Secara
umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit
neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat.
Jadi, inflasi
tidak selalu merugikan karena inflasi secara langsung selalu mengikuti
pertumbuhan masyarakat. Sehingga ketika pendapatan masyarakat meningkat, maka
inflasi akan meningkat pula secara global, tapi jika pendapatan masyarakat
menurun maka inflasi juga akan ikut turun. Jadi inflasi akan terus mengikuti
gerak pendapatan dan pertumbuhan masyarakat dalam suatu negara.
Daftar Pustaka
No comments:
Post a Comment